SULUTVIRAL.COM – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa saat ini kondisi ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Dia menegaskan bahwa Bank Indonesia akan bekerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk menjaga kinerja ekonomi yang baik tersebut dengan memperkuat berbagai kebijakan ekonomi.
Perry menyebut bahwa kinerja ekonomi Indonesia telah melebihi banyak perkiraan, dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini diproyeksikan berada dalam kisaran 4,5-5,3%, yang masih stabil dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2022 sebesar 5,3%. Selain itu, inflasi diharapkan tetap terkendali, berada dalam kisaran 3% plus minus 1% untuk sisa tahun 2023 dan turun ke tingkat 2,5% plus minus 1% pada tahun 2024.
Kinerja ekonomi Indonesia ini jauh melampaui pertumbuhan ekonomi global yang hanya diperkirakan mencapai sekitar 2,7% tahun ini, terutama karena masih ada tekanan inflasi dan suku bunga yang tinggi di negara-negara maju.
Perry juga menyebutkan bahwa neraca perdagangan Indonesia hingga Agustus 2023 masih mencatat surplus sebesar US$ 4,4 miliar, yang mendukung transaksi berjalan pada kuartal III 2023 tetap dalam kondisi baik. Meskipun ada aliran modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia pada September 2023 akibat ketidakpastian pasar global, ia optimis bahwa investor akan kembali setelah kondisi global lebih stabil.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2023 sangat kuat, mencapai US$ 137,1 miliar, yang setara dengan pembiayaan impor selama 6,2 bulan atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, melebihi standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.
Perry juga memproyeksikan bahwa kinerja neraca pembayaran Indonesia akan tetap baik pada tahun 2023, dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,4% hingga defisit 0,4% dari PDB. Selain itu, neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan akan tetap kuat, didukung oleh aliran modal asing dalam bentuk penanaman modal asing.
Dalam hal nilai tukar Rupiah, Perry mengatakan bahwa mata uang tersebut masih menguat sebesar 1,22% dari akhir tahun 2022, yang lebih baik daripada mata uang negara berkembang lainnya seperti Rupee India, Peso Filipina, dan Baht Thailand yang mengalami depresiasi. Hal ini disebabkan oleh persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.