SULUTVIRAL,COM – Presiden Joko Widodo (Jokowi) sekali lagi mengingatkan tentang situasi yang sangat serius yang dihadapi oleh banyak negara saat ini. Semua orang merasa panik dan cemas karena dampak yang akan sangat luar biasa, termasuk bagi Indonesia. Pernyataan ini dia sampaikan dalam pidatonya saat Rapat Kerja Nasional ke-4 PDI Perjuangan di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, beberapa waktu lalu. Acara tersebut juga dihadiri oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, Calon Presiden Ganjar Pranowo, dan sejumlah tokoh lainnya.
“Melihat kondisi saat ini di seluruh dunia benar-benar membuat ngeri,” kata Jokowi.
Permasalahan ini bermula setelah pandemi COVID-19. Harga barang, termasuk makanan, melonjak karena meningkatnya permintaan setelah pandemi berakhir dan mobilitas masyarakat kembali normal. Produsen dan sektor transportasi tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Masalah semakin rumit ketika konflik antara Rusia dan Ukraina pecah di awal 2022. Kedua negara tersebut merupakan pemasok gandum terbesar di dunia, dan ini membuat banyak negara khawatir akan kekurangan pasokan pangan. Konflik ini berlanjut hingga saat ini.
Yang lebih mengkhawatirkan dari dua permasalahan tersebut adalah perubahan iklim global yang sedang terjadi. Gelombang panas dan kemarau yang panjang telah menyebabkan kekeringan di berbagai tempat. Sejumlah negara bahkan harus menghentikan ekspor produk pangan mereka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Semua harus dihentikan, tidak ada lagi ekspor. Gandum, beras, gula, semuanya harus dihentikan,” tegas Jokowi.
Perubahan iklim juga memberikan dampak yang nyata, seperti terlihat dari efek El Nino yang mengakibatkan gagal panen di tujuh provinsi di Indonesia. Hal ini telah menyebabkan kekurangan pasokan pangan di Indonesia.
Presiden Jokowi juga mencatat bahwa konflik antara Ukraina dan Rusia telah memperburuk pasokan pangan, terutama dalam hal gandum, karena kedua negara tersebut adalah produsen utama. Ia bahkan telah berbicara langsung dengan pemimpin kedua negara tersebut, dan mereka menyatakan bahwa ekspor gandum tidak aman karena situasi konflik di wilayah mereka.
Ketika bertemu dengan Presiden Ukraine, Volodymyr Zelenskyy, Jokowi diberitahu bahwa setidaknya ada 77 juta ton gandum asal Ukraina yang tidak dapat diekspor. Sementara ketika bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, ia diberitahu bahwa ada 130 juta ton gandum yang tidak dapat diekspor dari Rusia.
“Jadi, total gabungan dari dua negara tersebut yang tidak dapat mengekspor gandum adalah 207 juta ton, sehingga kekurangan pasokan pangan terjadi di Afrika, Asia, dan bahkan Eropa. Ini adalah situasi yang sangat nyata dan sedang terjadi,” tegas Jokowi.
Terkait hal tersebut, Indonesia adalah salah satu negara yang mengimpor gandum dengan kebutuhan sekitar 11 juta ton per tahun, dan sekitar 30% dari impor tersebut berasal dari Ukraina dan Rusia. Akibatnya, kenaikan harga produk pangan secara otomatis terjadi.
“Harga-harga naik dengan sangat drastis, bahkan saya membaca berita bahwa di satu negara maju di Eropa, banyak anak sekolah yang tidak lagi bisa sarapan pagi seperti biasanya karena mahalnya harga pangan,” ungkap Jokowi.
Selain gandum, ketidakmampuan untuk mengekspor produk pangan lainnya dari negara-negara produsen utama, seperti beras dan gula, juga menjadi faktor utama kenaikan harga komoditas pangan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
“Saya baru saja membaca bahwa tidak hanya 19 negara, tapi sekarang sudah 22 negara yang tidak mau mengekspor bahan pangan termasuk beras. Negara-negara tersebut termasuk Uganda, Rusia, India, Bangladesh, Pakistan, dan Myanmar yang akan segera bergabung dalam daftar ini,” ujar Jokowi.
Oleh karena itu, Jokowi menekankan bahwa pemerintah Indonesia akan fokus pada upaya memperkuat kedaulatan pangan. Menurutnya, persiapan untuk mencapai kedaulatan pangan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, sehingga perlu ada rencana strategis yang konkret dalam 5-10 tahun ke depan, yang akan dilanjutkan oleh pemimpin berikutnya.
“Saya sudah berbicara kepada Ganjar Pranowo bahwa begitu ia dilantik, fokusnya harus segera beralih ke masalah kedaulatan pangan. Tidak perlu menunda-nunda perencanaannya, persiapkan rencana ini sejak sekarang, sehingga begitu dilantik, ia bisa langsung memulai langkah-langkah menuju kedaulatan pangan,” ujar Jokowi.