Siapa yang tidak suka menonton video makanan atau membaca ulasan restoran di internet?
Dengan kemajuan teknologi dan media sosial, kita kini dapat dengan mudah mencari rekomendasi tempat makan hanya dengan sekali klik.
Food blogger dan YouTuber telah menjadi sumber utama untuk informasi tempat makan dan restoran, terutama bagi mereka yang ingin menemukan pengalaman kuliner baru. Namun, di balik itu semua, ada beberapa hal yang perlu kita waspadai.
Beberapa food blogger YouTuber Indonesia ternyata tidak selalu memberikan review yang jujur atau objektif, karena mereka sering kali bukanlah chef atau ahli kuliner yang memiliki pengetahuan mendalam tentang makanan yang mereka ulas.
Mereka mungkin lebih fokus pada menghasilkan konten yang viral atau menarik perhatian daripada memberikan ulasan yang tepat.
1. Latar Belakang yang Tidak Berhubungan dengan Kuliner
Food blogging bukanlah hal yang baru di Indonesia. Dengan adanya berbagai platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok, banyak orang yang mulai menjadi food blogger dengan tujuan berbagi pengalaman mereka dalam mencicipi makanan. Namun, ada satu masalah besar yang muncul: sebagian besar food blogger atau YouTuber ini tidak memiliki latar belakang kuliner atau pendidikan memasak. Mereka hanya orang biasa yang senang makan dan berbagi pengalaman mereka melalui video atau tulisan. Tentu saja, ini bukanlah masalah jika mereka hanya berbagi opini pribadi tentang rasa makanan. Namun, saat mereka mengklaim sebagai “expert” atau memberikan penilaian yang sangat mendalam tentang sebuah restoran, ini menjadi masalah.
Kenapa ini penting? Karena makanan bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang bagaimana proses memasak dilakukan, bahan-bahan yang digunakan, teknik memasak, dan sebagainya. Food blogger atau YouTuber yang tidak memiliki pengetahuan dasar tentang dunia kuliner sering kali memberikan review yang tidak akurat atau bahkan salah. Mereka mungkin tidak tahu apakah teknik memasak yang digunakan di restoran tersebut sudah benar, atau apakah bahan-bahan yang digunakan berkualitas baik atau tidak. Yang mereka tahu hanyalah apakah makanan tersebut enak menurut selera mereka, yang tentu saja sangat subjektif.
2. Terlalu Fokus pada Konten yang Viral
Seiring dengan berkembangnya media sosial, para food blogger YouTuber Indonesia berlomba-lomba untuk membuat konten yang bisa menarik perhatian banyak orang. Apa yang lebih menarik dari makanan yang terlihat lezat di kamera? Banyak food blogger yang kemudian membuat ulasan dengan gaya yang sangat bombastis atau “overhyped” untuk menarik perhatian penonton dan meningkatkan jumlah views. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memberikan penilaian yang sangat positif terhadap tempat makan tertentu, meskipun kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan.
Contohnya, banyak YouTuber yang memberi penilaian luar biasa pada restoran yang makanan atau suasananya biasa-biasa saja, hanya karena mereka ingin menjaga hubungan baik dengan restoran tersebut, atau karena mereka dibayar untuk membuat review. Mereka cenderung menyembunyikan kekurangan yang ada dan hanya menonjolkan kelebihan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini tentunya bisa membuat penonton atau pembaca merasa tertipu, dan lebih parahnya lagi, mereka bisa kecewa ketika mengunjungi tempat yang sama dan menemukan kenyataan yang berbeda.
3. Kritik yang Tidak Seimbang: Terlalu Positif atau Terlalu Negatif
Selain memberikan ulasan yang terlalu positif, beberapa food blogger YouTuber juga sering memberikan kritik yang tidak seimbang, baik itu terlalu tajam atau berlebihan. Banyak dari mereka yang memberikan review buruk hanya untuk menarik perhatian atau membuat konten yang kontroversial. Mereka mungkin hanya mengunjungi restoran sekali, mencicipi beberapa menu, dan langsung memberikan penilaian berdasarkan pengalaman pribadi mereka yang terbatas.
Hal ini tentu tidak adil bagi restoran yang sebenarnya memiliki kualitas baik, tetapi tidak dipahami sepenuhnya oleh reviewer. Ini menjadi masalah besar, karena penonton atau pembaca yang tidak tahu banyak tentang dunia kuliner bisa dengan mudah percaya pada ulasan tersebut dan menghindari tempat yang seharusnya layak dicoba.
4. Menipu dengan Thumbnail dan Judul yang Menggoda
Untuk menarik perhatian penonton, food blogger dan YouTuber sering menggunakan teknik klikbait pada thumbnail dan judul video mereka. Misalnya, judul seperti “Restoran Ini Ternyata Lebih Enak Dari yang Kalian Pikirkan!” atau “Makanan Paling Lezat yang Tidak Boleh Dilewatkan!” padahal setelah melihat videonya, makanannya biasa saja dan tidak ada yang spesial. Ini adalah salah satu bentuk penipuan yang sangat sering dilakukan oleh food blogger yang lebih mementingkan views daripada memberikan review yang jujur.
Hal ini bisa menimbulkan ekspektasi yang tidak realistis pada penonton. Mereka mengira bahwa restoran tersebut benar-benar luar biasa, hanya karena diiklankan dengan cara yang sangat menarik. Padahal, setelah mereka mengunjungi restoran tersebut, mereka merasa kecewa karena tidak mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan yang dijanjikan di video.
5. Cara Menilai Ulasan Makanan dengan Bijak
Dengan semakin banyaknya food blogger dan YouTuber yang memberikan review makanan di Indonesia, kita sebagai penonton atau pembaca harus lebih bijak dalam menilai ulasan yang ada. Berikut beberapa tips untuk membantu Anda:
- Cek latar belakang reviewer: Jika reviewer bukan seorang chef atau ahli kuliner, ulasannya bisa jadi kurang objektif. Meskipun mereka mungkin menyukai makanan tersebut, mereka mungkin tidak memahami proses memasak secara menyeluruh.
- Perbandingkan dengan sumber lain: Jangan hanya mengandalkan satu sumber ulasan. Cek berbagai video atau blog untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang restoran tersebut.
- Waspadai klikbait: Banyak YouTuber yang menggunakan judul atau thumbnail yang bombastis hanya untuk menarik klik. Pastikan Anda menonton videonya secara keseluruhan sebelum mengambil kesimpulan.
- Perhatikan ulasan yang seimbang: Food blogger yang jujur akan memberikan ulasan yang mencakup semua aspek, baik itu yang positif maupun negatif. Mereka tidak hanya menyoroti hal-hal yang “wow”, tetapi juga memberikan kritik konstruktif jika perlu.
Kesimpulan
Food blogging dan YouTube food review memang menjadi sumber informasi yang menyenangkan, tetapi kita harus lebih bijak dalam memilih sumber informasi. Tidak semua food blogger atau YouTuber yang ada di luar sana memberikan ulasan yang objektif dan profesional, terutama yang tidak memiliki latar belakang kuliner. Oleh karena itu, selalu pastikan untuk mencari ulasan dari berbagai sumber dan jangan hanya bergantung pada satu review saja.
Ingat, meskipun makanan terlihat lezat di video atau foto, belum tentu rasanya sesuai dengan yang diiklankan! Jadi, jangan ragu untuk menggunakan penilaianmu sendiri dan jangan hanya bergantung pada satu sumber saja.
—
Meta Description:
“Pelajari mengapa beberapa food blogger dan YouTuber di Indonesia cenderung tidak jujur dalam mereview restoran dan tempat makan. Cari tahu cara memilih ulasan yang tepat!”