SULUTVIRAL.COM – Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara di bawah kepemimpinan Gubernur Prof. DR (HC) Olly Dondokambey SE dan Wakil Gubernur Drs. Steven Kandouw telah mengambil tindakan proaktif untuk mengatasi masalah kekeringan yang melanda wilayah mereka. Mereka baru-baru ini meluncurkan program OD-SK Bantuan Air Bersih.
Sebanyak 11 truk tangki air dikerahkan untuk mendistribusikan air bersih ini ke beberapa lokasi di Kota Manado dan sekitarnya, terutama di daerah pemukiman penduduk di dataran tinggi. Air bersih tersebut diambil dari mata air pegunungan Warembungan. Kepala Biro Umum Pemprov Sulut, Rainer Dondokambey S.Hut, menjelaskan bahwa program ini akan berlanjut sesuai dengan instruksi langsung dari Gubernur Olly dan Wakil Gubernur Steven.
Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi Informatika Persandian dan Statistik Daerah Sulut, Drs. Steven Liow, berharap bahwa masalah kekeringan yang mendesak ini akan mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah kabupaten/kota. Mereka diharapkan akan membantu masyarakat yang kesulitan mendapatkan pasokan air bersih selama musim kemarau ini.
SULUTVIRAL.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan bahwa musim kemarau ekstrem di Indonesia akan segera berakhir, meskipun El Nino diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2024. Indonesia saat ini sedang mengalami musim kemarau yang lebih parah, ditandai dengan cuaca lebih kering dan panas dari biasanya, akibat dari fenomena El Nino dan IOD Positif yang mengakibatkan peningkatan suhu dan penurunan curah hujan dari kondisi normal.
“Musim kemarau diperkirakan akan berakhir di sebagian besar wilayah Indonesia mulai akhir Oktober ini, dan awal musim hujan akan secara bertahap dimulai pada awal November 2023,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam pernyataannya di situs resmi, dikutip pada Kamis (5/10/2023).
Namun, Dwikorita menekankan bahwa awal musim hujan tidak akan terjadi secara serentak di seluruh wilayah Indonesia karena perbedaan iklim yang signifikan.
“Awal musim hujan berkaitan erat dengan peralihan Monsun Australia ke Monsun Asia. Saat ini, Monsun Asia sudah mulai memasuki wilayah Indonesia, dan oleh karena itu, hujan diperkirakan akan turun mulai bulan November,” jelasnya.
Dwikorita juga mengungkapkan bahwa puncak musim hujan diantisipasi akan terjadi pada bulan Januari-Februari 2024.
Pertimbangan terkait El Nino Sementara itu, Dwikorita menjelaskan bahwa berdasarkan data satelit terbaru, El Nino diprediksi akan berlanjut hingga akhir Oktober. Namun, pada bulan November, akan terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
“Sesuai dengan prediksi BMKG, dampak puncak El Nino diprediksi terjadi pada bulan September. Namun, data satelit terkini menunjukkan bahwa intensitas El Nino tampaknya masih tinggi pada bulan Oktober. Fenomena El Nino ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun mendatang,” ungkapnya.
Dwikorita menyatakan bahwa kehadiran angin monsun dari arah Asia yang diharapkan mulai November akan membawa hujan, sehingga diharapkan dampak El Nino akan mulai mereda.
Kendati demikian, Dwikorita mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama Oktober yang masih cenderung kering. Ia menghimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas yang dapat memicu kebakaran, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, karena pemadaman akan sulit dilakukan dalam kondisi tersebut.
Cuaca Ekstrem Mengancam Sulut, BMKG Keluarkan Peringatan Dini
SULUTVIRAL.COM – Sulawesi Utara (Sulut) menerima peringatan dini cuaca ekstrem dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sulut. Kondisi cuaca saat ini mengkhawatirkan beberapa kabupaten dan kota di Sulut, bahkan ada yang telah dinyatakan dalam status waspada.
Salah satu kota yang berpotensi mengalami bencana kekeringan adalah ibu kota Provinsi Sulut, Kota Manado, yang saat ini sudah dalam status siaga. Tingkat air sungai di Manado juga mengalami penurunan, yang semakin memperburuk situasi kekeringan. Fenomena El Nino turut memperparah kondisi kekeringan di Sulut.
BMKG Stasiun Klimatologi Provinsi Sulawesi Utara mencatat bahwa 8 dari 10 Zona Musim di Sulawesi Utara telah memasuki musim kemarau. Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Sulut, Irvan to Marmin Suwirono, menjelaskan bahwa berdasarkan analisis hujan hingga tanggal 01 September 2023, peringatan dini dikeluarkan karena beberapa wilayah di Sulawesi Utara mengalami hari tanpa hujan selama lebih dari atau sama dengan 21 hari berturut-turut. Prakiraan cuaca juga menunjukkan peluang curah hujan sangat rendah dengan peluang lebih dari 70 persen.
Beberapa kabupaten dan kota di Sulut yang terancam kekeringan menurut peringatan dini BMKG adalah sebagai berikut:
Kabupaten Bolaang Mongodow
Bolaang Timur (Status Waspada)
Lolak (Status Waspada)
Poigar (Status Siaga)
Kota Manado
Bunaken (Status Siaga)
Mapanget (Status Siaga)
Kabupaten Minahasa
Tombariri (Status Siaga)
Kabupaten Minahasa Selatan
Tumpaan (Status Waspada)
Kabupaten Minahasa Utara
Air Madidi (Status Waspada)
Tombariri (Status Siaga)
Kabupaten Minahasa Selatan
Tumpaan (Status Waspada)
Kabupaten Minahasa Utara
Air Madidi (Status Waspada)
BMKG juga memperingatkan tentang potensi terjadinya siklon tropis di wilayah tersebut, yang dapat menyebabkan angin kencang. Faktor fenomena El Nino juga berkontribusi pada musim kemarau yang lebih parah. Meskipun beberapa wilayah seperti Minahasa mungkin mengalami hujan dalam jumlah tertentu, secara keseluruhan, curah hujan di seluruh Sulawesi Utara relatif rendah. BMKG terus memantau situasi ini dan mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada.
Sungai dan Sumur di Manado Mengalami Kekeringan Akibat Musim Kemarau
Musim kemarau telah tiba di Indonesia, termasuk di Kota Manado, Sulawesi Utara. Dampaknya, beberapa daerah mengalami kekeringan, dan Stasiun Klimatologi Sulawesi Utara (Sulut) telah mengeluarkan peringatan dini mengenai hal ini, termasuk di Kota Manado.
Beberapa wilayah di Kota Manado, seperti Kelurahan Bailang Lingkungan Dua dan Enam, Kecamatan Bunaken, mengalami kekeringan. Warga setempat mulai menghadapi masalah serius, termasuk sumur-sumur mereka yang kering. Bahkan, sungai-sungai di daerah tersebut juga mengalami penurunan debit air.
Salah seorang warga, Heski, menyatakan bahwa sumur-sumur mereka telah mengering, dan sungai-sungai juga mulai mengering. Situasi ini telah mengganggu kegiatan sehari-hari, seperti mandi dan mencuci pakaian. Warga seperti Heski hanya bisa berharap pada bantuan air dari Pemerintah Manado.
Wali Kota Manado, Andrei Angouw, telah meminta PDAM Manado untuk menyalurkan air bersih sebagai respons atas keluhan warga. Air bersih tersebut telah mulai disalurkan langsung ke rumah-rumah warga.
Lurah Bailang, Aldo Kanon Erikson Sumera, mengonfirmasi bahwa kekeringan ini memengaruhi dua lingkungan di wilayah tersebut. Bantuan air bersih akan terus disalurkan oleh Pemerintah Manado dalam dua hari sekali untuk mencukupi kebutuhan warga yang membutuhkan.
Efek dari musim kemarau dan El Nino juga mempengaruhi sungai-sungai di Manado, Sulawesi Utara. Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) I, I Komang Sudana, menjelaskan bahwa sungai-sungai menjadi kering karena kurangnya debit air di hulu sungai, yang sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Meskipun BWSS I tidak dapat secara langsung mengatasi kekeringan tersebut, mereka akan memantau dan mengawasi dampaknya terhadap kebutuhan air masyarakat.
I Komang Sudana juga mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan di sungai saat kondisi kering seperti ini, agar saluran air tidak tersumbat saat musim hujan tiba.
SULUTVIRAL.COM – Dampak musim kemarau dan fenomena El Nino mulai terasa, menyebabkan Sungai di Manado, Sulawesi Utara mengalami kekeringan.
Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) I, I Komang Sudana, menjelaskan bahwa penyebab kekeringan sungai ini adalah karena debit air yang berkurang akibat kurangnya hujan di daerah hulu sungai.
I Komang Sudana menyatakan, “Kekeringan sungai ini sangat tergantung pada curah hujan di daerah hulu sungai. Kami akan turun memeriksa jika ada daerah-daerah yang kesulitan air, terutama air sumur yang tidak mencukupi.”
BWSS I mengakui bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam menambah pasokan air sungai. Namun, mereka akan terus memantau dampak kekeringan ini, terutama terkait dengan kebutuhan air masyarakat.
I Komang Sudana juga mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ketika sungai mengalami kekeringan. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada penyumbatan saat musim hujan tiba.
SULUTVIRAL.COM – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini mengenai kekeringan di wilayah Sulawesi Utara (Sulut).
Berdasarkan laporan dari BMKG Sulawesi Utara, sebanyak 8 dari 10 zona musim di Sulut saat ini telah memasuki musim kemarau, hal ini berdasarkan analisis hujan yang telah diperbarui pada tanggal 1 September 2023.
Data terbaru menunjukkan bahwa beberapa wilayah di Sulut telah mengalami periode hari tanpa hujan (HTH) selama lebih dari atau setidaknya 21 hari berturut-turut.
Prakiraan cuaca juga menunjukkan bahwa sejumlah daerah di Sulut berpotensi mengalami curah hujan yang sangat rendah, kurang dari 20 mm per dasarian, dengan peluang lebih dari 70 persen. Kondisi ini memenuhi syarat untuk pemberian peringatan dini terkait kekeringan di wilayah Sulawesi Utara.
BMKG memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi ancaman bencana kekeringan. Berikut adalah rincian data mengenai HTH dan prakiraan curah hujan yang sangat rendah di beberapa kabupaten/kota dan kecamatan di Sulawesi Utara:
Bolaang Mongondow:
Bolaang Timur dinyatakan dalam status waspada dengan HTH lebih dari 21 hari.
Lolak juga dinyatakan dalam status waspada dengan HTH lebih dari 21 hari.
Poigar berada dalam status siaga dengan HTH lebih dari 31 hari.
Manado:
Bunaken berada dalam status siaga dengan HTH lebih dari 31 hari.
Mapanget juga berada dalam status siaga dengan HTH lebih dari 31 hari.
Minahasa:
Tombariri berada dalam status waspada dengan HTH lebih dari 21 hari.
Minahasa Selatan (Minsel):
Tumpaan berada dalam status waspada dengan HTH lebih dari 21 hari.
Minahasa Utara (Minut):
Airmadidi berada dalam status waspada dengan HTH lebih dari 21 hari.
Ini adalah informasi terbaru mengenai peringatan dini kekeringan di wilayah Sulawesi Utara yang telah dikeluarkan oleh BMKG.
Berikut adalah tabel yang merinci data mengenai hari tanpa hujan (HTH) dan prediksi kemungkinan curah hujan yang sangat rendah: