Akademisi Unnes Ungkap Penyebab Utama Lulusan Sarjana Masih Menganggur
Akademisi dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) menyatakan bahwa ada 842.378 lulusan perguruan tinggi yang masih menganggur.
Mereka menemukan bahwa salah satu penyebab utamanya adalah celah besar antara kompetensi lulusan dan kebutuhan dunia kerja.
Banyak mahasiswa mendapat gelar tanpa memperoleh keterampilan yang langsung relevan di lapangan “real”.
Selain itu, sistem pendidikan cenderung lebih fokus pada teori, sehingga lulusan belum siap hadapi tantangan industri.
Lebih Banyak Lulusan Dibanding Lowongan yang Tersedia
Unnes juga menunjukkan bahwa jumlah lulusan setiap tahun melebihi jumlah lowongan yang tersedia. Dengan lebih banyak pencari dibandingkan peluang kerja, persaingan pun semakin ketat.
Akibatnya, tidak sedikit lulusan sulit menemukan pekerjaan sesuai bidang studi mereka.
Karena itu, banyak yang akhirnya mengambil pekerjaan tidak sesuai kualifikasi atau bahkan tidak bekerja sama sekali.
Minimnya Magang dan Pengalaman Lapangan
Akademisi menyoroti bahwa sebagian besar perguruan tinggi masih belum menyediakan mekanisme magang atau praktik lapangan yang memadai.
Padahal, pengalaman kerja saat kuliah bisa meningkatkan kesiapan lulusan. Tanpa bekal ini, para sarjana merasa kebingungan saat masuk ke dunia kerja nyata, sehingga peluang diterima di perusahaan menurun.
Kurangnya Pendidikan Kewirausahaan dan Soft Skills
Selain itu, Unnes menyoroti bahwa pendidikan tinggi terlalu fokus pada teori dan kurang memberikan pelatihan keterampilan lunak—seperti komunikasi, kerja sama tim, dan problem solving.
Sementara itu, pengusaha juga menilai lulusan perlu memiliki kemampuan berwirausaha agar bisa menciptakan peluang sendiri.
Karena itu, rendahnya awareness terhadap soft skills dan kewirausahaan menjadi faktor utama pengangguran mahasiswa.
Sinergi Kurikulum dan Dunia Usaha
Akademisi dari Unnes menekankan bahwa kampus dan dunia usaha harus membangun kerja sama yang konkret.
Mereka memberi contoh seperti program dual-education, pertukaran staf pengajar dan pelaku industri, serta praktik langsung di perusahaan.
Dengan demikian, sistem pendidikan pun bisa menyiapkan lulusan dengan lebih akurat sesuai kebutuhan pasar tenaga kerja.
Rekomendasi: Kurikulum Disesuaikan, Magang Diutamakan
Untuk memperbaiki tren pengangguran, akademisi Unnes mendorong setiap perguruan tinggi agar:
- Menyesuaikan kurikulum agar lulusan memenuhi kebutuhan industri.
- Meperluas program magang/praktik lapangan sehingga mahasiswa memiliki pengalaman nyata.
- Menguatkan pelatihan soft skills dan kewirausahaan agar lulusan lebih adaptif.
- Membangun kemitraan aktif dengan perusahaan lokal dan nasional untuk menjembatani ekosistem kampus–industri.
Akumulasi lulusan tinggi tanpa kesiapan menghadapi dunia kerja menimbulkan 842.378 pengangguran sarjana.
Akademisi Unnes menemukan akar masalah mulai dari gap kompetensi hingga kurangnya pengalaman lapangan atau pengetahuan berwirausaha.
Namun, sinergi yang semakin kuat antara kampus dan industri serta penyesuaian kurikulum bisa menekan angka pengangguran ini—mengubah lulusan meningkat berdaya saing dan siap bekerja.