Video Hoax Doktor Anurak Sutham: Candi Borobudur Warisan Nabi Sulaiman? Ini Penjelasannya!

Berita21 Views

Baru-baru ini, media sosial dihebohkan dengan video yang mengklaim bahwa Candi Borobudur adalah warisan dari Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis. Video tersebut disebarkan oleh seorang doktor asal Thailand, Anurak Sutham, yang mengklaim telah melakukan penelitian terkait asal-usul candi megah yang ada di Magelang, Jawa Tengah, ini. Tentunya, klaim ini langsung memicu perdebatan dan polemik di kalangan netizen, terutama di Indonesia.

Namun, seiring dengan semakin luasnya video ini tersebar, banyak orang yang terjebak dalam hoax tersebut dan mempercayai informasi yang tidak berdasarkan bukti sejarah yang valid. Lantas, apakah benar Candi Borobudur adalah warisan Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis? Mari kita telusuri lebih dalam.

Siapa Itu Anurak Sutham?

Anurak Sutham adalah seorang doktor asal Thailand yang belakangan ini menjadi kontroversial berkat pernyataannya terkait Candi Borobudur. Ia mengklaim bahwa berdasarkan penelitiannya, candi yang dikenal sebagai salah satu keajaiban dunia ini memiliki hubungan erat dengan Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis, tokoh yang dikenal dalam cerita Al-Qur’an. Menggunakan narasi penuh keyakinan dan berlandaskan pada teori-teori yang sangat diragukan, Sutham mencoba meyakinkan publik bahwa Borobudur tidak hanya sebagai situs Budha, melainkan juga memiliki kaitan dengan sejarah agama lain yang lebih tua.

Namun, setelah penyelidikan lebih lanjut, terungkap bahwa Anurak Sutham sebenarnya tidak ada! Ia merupakan tokoh fiksi yang sengaja diciptakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan klaim yang tidak berdasar dan menyesatkan. Video dan audio yang beredar di YouTube dengan klaim tersebut juga ternyata adalah hasil rekayasa teknologi kecerdasan buatan (AI). Artinya, meskipun suara dan gambar dalam video tersebut terlihat asli, mereka sebenarnya dimanipulasi oleh perangkat lunak AI untuk membuat klaim tersebut terdengar lebih meyakinkan. Ini menjadi bukti lain bahwa kita harus lebih berhati-hati dalam menyaring informasi yang kita terima.

Baca Juga:  VIRAL! Pengamat Tata Kota Menyoroti Masalah Pasar yang Tidak Berfungsi di Manado, Sulut

Candi Borobudur: Sebuah Warisan Budaya Dunia

Candi Borobudur, yang dibangun pada abad ke-9, jelas merupakan situs warisan budaya yang berhubungan erat dengan agama Buddha. Candi ini dibangun oleh dinasti Syailendra sebagai tempat pemujaan dan ritual agama Buddha Mahayana. Dengan struktur yang sangat megah dan penuh dengan relief-relief yang menggambarkan ajaran-ajaran Buddha, Borobudur memang sudah jelas memiliki identitas yang kuat sebagai peninggalan agama Buddha, bukan terkait dengan Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis yang hidup jauh setelah masa pembangunan candi ini.

Pernyataan Sutham yang mencoba mengaitkan Borobudur dengan tokoh-tokoh dalam Al-Qur’an tidak hanya bertentangan dengan sejarah yang ada, tetapi juga mencampuradukkan agama dan budaya tanpa dasar yang jelas. Sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan sejarah, seharusnya kita lebih bijak dalam menyikapi klaim-klaim semacam ini yang tidak memiliki bukti sahih.

Kenapa Banyak Orang yang Percaya?

Di era digital saat ini, hoax dan berita bohong sangat mudah tersebar melalui media sosial. Video yang dibuat oleh Sutham dengan narasi yang meyakinkan dapat dengan cepat mengelabui banyak orang, apalagi dengan banyaknya informasi yang tidak terverifikasi yang beredar di dunia maya. Ini menjadi peringatan penting bagi kita semua untuk lebih kritis dalam menyaring informasi yang kita terima.

Faktor lain yang menyebabkan banyak orang mudah percaya adalah kurangnya pemahaman tentang sejarah dan budaya kita. Banyak orang yang tidak familiar dengan proses pembangunan Candi Borobudur dan sejarah agama Buddha yang melatarbelakanginya, sehingga klaim tanpa dasar ini bisa saja diterima begitu saja tanpa dipertanyakan. Ini menggarisbawahi pentingnya edukasi sejarah yang lebih baik di masyarakat.

Mengapa Kita Harus Kritisi Klaim Ini?

Salah satu alasan utama mengapa kita harus menanggapi klaim ini dengan skeptisisme adalah fakta sejarah yang jelas tentang Candi Borobudur. Tidak ada bukti atau temuan arkeologi yang mendukung klaim bahwa candi ini ada kaitannya dengan Nabi Sulaiman atau Ratu Bilqis. Candi Borobudur lebih dikenal sebagai simbol kebesaran budaya Buddha di Indonesia dan merupakan warisan budaya yang telah diakui dunia.

Baca Juga:  Pemadaman Listrik Berlangsung 5 Jam di Kairagi Manado dan Wilayah Sekitarnya

Penting bagi kita untuk menjaga integritas sejarah dan budaya bangsa. Dengan mempercayai klaim yang tidak berdasar, kita hanya membuka ruang bagi penyebaran informasi yang salah yang bisa merusak pemahaman kita tentang warisan budaya dan sejarah yang sebenarnya.

Pentingnya Memeriksa Sumber Informasi

Sebagai pengguna media sosial dan internet, kita harus selalu memeriksa sumber informasi sebelum mempercayainya. Tidak semua yang tersebar di dunia maya itu benar, bahkan banyak yang hanya bertujuan untuk menarik perhatian atau menyebarkan kebohongan. Jangan mudah terpengaruh oleh klaim-klaim yang tidak memiliki bukti konkret. Edukasi diri kita tentang sejarah dan budaya bangsa agar bisa menilai informasi dengan lebih bijak.

Kesimpulan: Candi Borobudur dan Sejarahnya

Candi Borobudur tetap merupakan warisan budaya dunia yang tak ternilai harganya, yang dibangun oleh umat Buddha sebagai tempat ibadah dan pemujaan. Klaim-klaim yang tidak berdasar tentang asal-usul candi ini hanya akan mengaburkan pemahaman kita tentang sejarah yang seharusnya dihormati dan dilestarikan.

Sebagai masyarakat yang cerdas, kita harus lebih bijak dalam menyikapi berita yang beredar, terutama yang tidak memiliki dasar yang jelas. Jangan mudah terjebak oleh hoax yang hanya akan membuat kita semakin jauh dari pemahaman yang benar tentang sejarah dan budaya kita.

Jadi, jangan mudah percaya dengan klaim hoax seperti yang disebarkan oleh Anurak Sutham. Mari kita tetap menjaga integritas sejarah kita dan memperkaya pengetahuan kita dengan informasi yang lebih akurat dan terpercaya.

Dengan terus mengedukasi diri dan orang lain, kita bisa bersama-sama menjaga kebenaran sejarah dan budaya bangsa kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *