SULUTVIRAL.COM – Kemarau yang berlangsung lama di wilayah Minahasa, terutama di desa Tumaratas, telah membuat masyarakat memilih untuk menunda penanaman bibit tomat. Kebanyakan penduduk desa ini adalah petani tomat.
Keputusan ini diambil karena bibit tomat harus ditanam di tanah yang lembab, dan cuaca panas saat ini dapat merusak atau membunuh bibit tomat jika tanah terlalu kering, seperti yang dijelaskan oleh Jhon, seorang petani desa Tumaratas berusia 53 tahun.
Jhon telah memutuskan untuk menunda penanaman bibit tomatnya karena cuaca yang sangat panas saat ini. Dia menjelaskan, “Tanah harus lembab saat menanam, jika terlalu kering, bibit bisa rusak.”
Untuk menyiram tanaman, Jhon harus mengambil air dari rumah yang berjarak sekitar 100 meter dari kebunnya. Meskipun ada motor untuk membantu mengambil air, ini tetap menjadi pekerjaan yang melelahkan.
Namun, Jhon menyadari bahwa cuaca panas seperti ini adalah hal biasa bagi para petani. Mereka harus mencari cara mengatasi kemarau yang panjang seperti ini. Selain itu, harga tomat yang mereka jual saat ini hanya sekitar sepertiga dari harga biasanya, yakni sekitar Rp 15 – 20 ribu per kas. Biasanya, mereka bisa menjual tomat dengan harga Rp 50 – 100 ribu per kas.
“Rata-rata hasil panen bisa mencapai 100 kas, dan saat harga tomat tinggi, bisa mencapai Rp 300 ribu per kas,” tambahnya.
Jhon berharap agar hujan turun dalam beberapa hari ke depan dan harga tomat bisa kembali normal. “Saya berharap, setidaknya dalam beberapa hari mendatang, hujan turun sekali pun hanya satu hari. Semoga harga tomat kembali normal,” tutup Jhon.