SULUTVIRAL.COM – Ghana telah resmi menyatakan bangkrut karena tidak mampu membayar utangnya kepada kreditor internasional pada Desember lalu. Hal ini menjadi perbandingan dengan ekonomi Indonesia yang menghadapi tantangan yang berbeda.
Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo, telah mengambil langkah ekstrem dengan mengajukan pinjaman sebesar US$ 3 miliar ke Dana Moneter Internasional (IMF). Ini setara dengan anggaran belanja pemerintah Indonesia untuk membayar gaji PNS dan pensiun dalam sebulan.
Namun, jika kita melihat perbandingan ekonomi kedua negara ini, Ghana jauh tertinggal dari Indonesia dalam berbagai aspek. Pertumbuhan ekonomi Ghana hanya mencapai 3,2% tahunan, sedangkan Indonesia mampu tumbuh 5,17%. PDB per kapita Ghana juga lebih rendah, yaitu US$2.353,04 dibandingkan dengan US$4.783,26 di Indonesia pada tahun 2022.
Inflasi menjadi salah satu masalah utama Ghana, dengan tingkat inflasi mencapai 40%, sedangkan Indonesia hanya 3,27%. Mata uang Ghana, cedi, melemah 13%, sementara mata uang Indonesia menguat 1,78%.
Kebijakan suku bunga yang tinggi di Bank of Ghana juga berdampak negatif pada dunia usaha dan rumah tangga. Suku bunga acuan Ghana adalah 30%, jauh lebih tinggi dari suku bunga Bank Indonesia yang hanya 5,75%.
Dari sisi keuangan pemerintahan, pendapatan Ghana jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia. Pendapatan negara Ghana pada 2022 hanya sekitar US$ 6,57 miliar, sementara Indonesia mencapai Rp 2.635,84 triliun. Belanja pemerintah Ghana juga jauh lebih kecil, yaitu US$ 11,95 miliar, sedangkan Indonesia mencapai Rp 3.096,26 triliun pada tahun 2022.
Krisis keuangan yang dihadapi Ghana merupakan hasil dari berbagai faktor, termasuk pandemi COVID-19, konflik di Ukraina, serta kenaikan harga pangan dan bahan bakar. Di sisi lain, Indonesia mengelola utangnya dengan baik dan rasio utang terhadap PDB masih dalam batas yang aman, yaitu 37,84% dibandingkan dengan batas maksimal 60% yang ditetapkan oleh undang-undang.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa meskipun kedua negara menghadapi tekanan ekonomi, situasi Ghana jauh lebih kritis daripada Indonesia.