SULUTVIRAL.COM – Gunung Fuji di Jepang tengah menghadapi krisis akibat peningkatan yang tak terkendali dalam jumlah wisatawan. Pemerintah setempat telah mengeluarkan peringatan serius mengenai masalah ini. Pejabat dari prefektur Yamanashi, tempat Gunung Fuji berada, menyoroti perlunya mengendalikan jumlah turis yang datang.
Seorang pejabat, Masatake Izumi, menggambarkan situasi ini sebagai “Fuji menjerit kesakitan” dan menekankan perlunya mengambil tindakan untuk mengatasi lonjakan wisatawan yang berlebihan. Lonjakan pariwisata ini terjadi pasca pandemi Covid-19, yang menarik ribuan pendaki ke gunung tersebut.
Dampaknya terasa pada kerusakan lingkungan di sekitar Gunung Fuji, dengan tumpukan sampah besar akibat pembuangan yang sembarangan. Izumi menyatakan kekhawatirannya bahwa jika masalah ini tidak segera ditangani, Gunung Fuji mungkin kehilangan daya tariknya sehingga tidak lagi menarik pendaki.
Penjaga Gunung Fuji, Miho Sakurai, juga mencatat bahwa jumlah orang yang mendaki saat ini sangat tinggi, termasuk pemula yang tidak berpengalaman. Ini menambah tekanan pada layanan pertolongan pertama setempat karena banyak pendaki amatir yang tidak mempersiapkan diri dengan baik. Akibatnya, permintaan penyelamatan meningkat hingga 50% dibandingkan tahun sebelumnya, bahkan terdapat laporan kematian pendaki pada bulan April dalam kecelakaan pendakian.
Pejabat pemerintah setempat telah mengadakan pertemuan untuk membahas langkah-langkah yang perlu diambil. Gubernur Yamanashi, Kotaro Nagasaki, mengusulkan pembangunan jalur kereta api ringan sebagai salah satu solusi untuk mengendalikan jumlah orang yang mengunjungi Gunung Fuji. Dia menekankan pentingnya mengubah fokus pariwisata dari kuantitas menjadi kualitas.
Gunung Fuji adalah gunung berapi aktif dengan ketinggian 3.776 meter dan diakui sebagai situs Warisan Budaya Dunia UNESCO sejak tahun 2013. Namun, jumlah pengunjung ke Gunung Fuji telah meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 2012 dan 2019, mencapai angka 5,1 juta pengunjung. Seorang penjaga hutan setempat bahkan mengungkapkan bahwa Gunung Fuji berisiko kehilangan status warisan budayanya akibat masalah pariwisata yang “menghancurkan” itu.