SULUTVIRAL.COM – Situasi China saat ini menciptakan ketidakpastian yang perlu diperhatikan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena Indonesia memiliki hubungan perdagangan yang signifikan dengan China. Melihat pelemahan ekonomi China dapat berdampak negatif pada produksi manufaktur dalam negeri Indonesia.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Abdurohman menyampaikan bahwa China adalah mitra dagang utama Indonesia, dengan sekitar 20% dari ekspor Indonesia menuju China. Meskipun ekonomi China masih tumbuh positif hingga kuartal kedua tahun 2023, pertumbuhannya berada di bawah ekspektasi pasar. Diperkirakan bahwa ekonomi China hanya akan tumbuh sekitar 4% hingga akhir tahun.
Abdurohman menjelaskan bahwa meskipun indeks PMI manufaktur China mengalami kenaikan, sektor jasa mengalami penurunan. Permintaan China terhadap produk global mengalami kontraksi, termasuk permintaan domestik. Tekanan ini dipengaruhi oleh faktor permintaan dan pasokan di China.
Tantangan jangka panjang juga muncul dari isu struktural di China. Krisis sektor properti yang dipicu oleh kasus Evergrande berdampak besar pada industri properti dan sektor keuangan. Selain itu, konflik dengan Amerika Serikat juga menjadi faktor yang memengaruhi situasi ekonomi China, terutama dalam hal pemberian subsidi bagi produksi semikonduktor.
Masalah demografi juga menjadi perhatian, dengan populasi China yang semakin menua dan tingkat pengangguran di kalangan pemuda yang tinggi. Hal ini menghambat upaya untuk mendorong konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di China.
Situasi ini menunjukkan bahwa China sedang menghadapi tekanan ekonomi yang signifikan, dan Indonesia perlu mempersiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi potensi dampaknya terhadap ekonomi Indonesia.