Indonesia dan Singapura Meningkatkan Kerja Sama dalam Riset dan Ekonomi Digital

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian telah menyoroti sejumlah kisah sukses dalam pengelolaan negara Singapura yang dapat diadopsi oleh Indonesia. Dia mengungkapkan pandangannya ini dalam konferensi regional pertama yang juga merupakan reuni alumni Nanyang Technological University (NTU) Singapura di Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 200 alumni.

Menurut Tito, Indonesia dapat belajar dari Singapura dalam hal pemanfaatan teknologi berdasarkan penelitian yang berasal dari perguruan tinggi untuk berbagai aspek dalam administrasi dan pelayanan kepada warganya. Pernyataan ini disampaikan melalui keterangan tertulis dari KBRI Singapura di Jakarta.

Dalam konteks ini, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Singapura, Suryopratomo, juga memberikan pandangan serupa dalam diskusi panel konferensi tersebut. Dia mencatat bahwa Indonesia saat ini memiliki lebih dari 2.000 startup, termasuk 2 decacorn dan lebih dari 7 unicorn, dengan pertumbuhan yang paling signifikan terjadi di sektor layanan on-demand, teknologi finansial, dan e-commerce.

Suryopratomo juga menggarisbawahi pertumbuhan ekonomi digital yang pesat di Indonesia, yang tumbuh sebesar 52 persen pada tahun 2021 dengan total mencapai 53 miliar dolar AS (sekitar Rp807 triliun). Proyeksinya adalah mencapai lebih dari 124 miliar dolar AS (sekitar Rp1,8 kuadriliun) pada akhir tahun 2025.

Dengan kondisi ini, Suryo menganggap penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kerja sama dengan Singapura, yang merupakan salah satu pusat keuangan dan teknologi terbesar di dunia.

Selain itu, perguruan tinggi di Indonesia melihat NTU sebagai mitra potensial yang berpengaruh dalam riset teknologi dan ekonomi digital. Ini terutama berkaitan dengan kekayaan dana riset NTU dan jaringan periset yang kuat.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura, Igak Satrya Wibawa, menyatakan bahwa kerja sama antara Indonesia dan Singapura dalam sektor pendidikan tinggi telah menghasilkan manfaat saling menguntungkan. Kemendikbudristek memfasilitasi potensi kerja sama ini melalui berbagai inisiatif, program pertukaran, dan penelitian bersama.

Pada tahun 2022, mereka sepakat untuk membentuk konsorsium penelitian antara NTU dan beberapa universitas Indonesia, yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan dalam tiga aspek utama: energi terbarukan, ekonomi sirkular, dan kota pintar. Kerja sama ini mendapatkan dukungan pendanaan dari NTU dan LPDP selama lima tahun.

Igak juga menambahkan bahwa NTU terlibat dalam konsorsium antara universitas-universitas di Singapura dan Indonesia dalam kerja sama tri dharma pendidikan tinggi yang dikenal sebagai RISING University Network. Ini tidak hanya mempromosikan pemahaman budaya dan keunggulan akademik, tetapi juga memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan keahlian serta berkontribusi pada kemajuan berbagai bidang studi.

Kerja sama ini dimulai pada tahun 2024 dengan program pertukaran mahasiswa dan staf pengajar antara kampus anggota konsorsium. Pada tahun 2023, sejumlah mahasiswa telah memulai program studi di NTU dan SMU di Singapura. Konferensi regional NTU ini juga dihadiri oleh Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Kwook Fook Seng, serta para pemimpin NTU dan beberapa universitas terkemuka di Indonesia, termasuk pimpinan BUMN dan industri Indonesia.