SULUTVIRAL.COM – Pemerintah berencana meluncurkan Bursa Crude Palm Oil (CPO) atau bursa minyak sawit mentah dalam waktu dekat. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap industri kelapa sawit di Indonesia.
Menurut Lukman Leong, seorang pengamat mata uang dan komoditas, Bursa CPO Indonesia memiliki potensi besar karena Indonesia adalah produsen terbesar minyak sawit di dunia. Bursa ini dapat menjadi harga acuan global untuk CPO.
Data dari Departemen Pertanian AS menunjukkan bahwa pada tahun 2022, Indonesia memproduksi 45,5 juta metrik ton CPO, mengungguli Malaysia dan Thailand. Gapki mencatat bahwa produksi CPO Indonesia pada tahun 2022 mencapai 46,73 juta ton.
Kehadiran Bursa CPO diperkirakan akan memberikan manfaat positif kepada pengekspor minyak sawit. Mereka dapat melakukan lindung nilai produk mereka ketika harga bagus tanpa perlu ekspor ke luar negeri. Dengan demikian, ini dapat menjaga stabilitas dan harga yang lebih tinggi untuk CPO.
Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, melihat bahwa Bursa CPO lebih fokus pada pengaturan aktivitas ekspor dan transparansi perdagangan minyak sawit. Ini dapat mengatasi masalah ekspor ilegal yang merugikan negara.
Namun, meskipun memiliki potensi besar, Bursa CPO Indonesia mungkin sulit menjadi harga acuan dunia dalam waktu dekat. Ini karena perbedaan jarak waktu yang pendek antara transaksi Indonesia dan Malaysia dalam perdagangan multilateral. Sebaliknya, Bursa Malaysia dan Bursa Belanda memiliki jarak waktu yang lebih lama yang memungkinkan perdagangan berlangsung.
Sekretaris Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Olvy Andrianita, telah mengkonfirmasi peluncuran Bursa CPO pada tanggal 13 Oktober 2023. Meskipun partisipasi dalam bursa ini bersifat sukarela, pemerintah terus mendorong perusahaan kelapa sawit untuk bertransaksi di bursa ini untuk meningkatkan transparansi dan mengamankan pajak.